Thepost.id- Eksistensi radikalisme memiliki banyak pintu masuk baik secara luring maupun daring. Sehingga mulai dari kalangan orang tua hingga anak muda yang masih produktif, cukup rentan terpapar virus radikalisme. Masyarakat diimbau untuk tetap mewaspadai penyebaran paham anti Pancasila tersebut. Hal tersebut disampaikan oleh ketua bidang PTKP PB HMI.
Radikalisme masih dianggap sebagai musuh bersama. Untuk menangani hal ini, tentu saja semua pihak harus ikut meredam penyebaran tersebut. Selain sebagai sistem pendingin hati masyarakat dan pengayom, para pemuka agama mahasiswa Dan pemuda mempunyai posisi penting dalam menjaga kebhinekaan dan persatuan bangsa.ujar Akmal
Dalam momentum rapat kerja nasional PB HMI 2021-2023 Ketua bidang PTKP menekankan bahwa mahasiswa dan pemuda harus memperkuat ideologi Pancasila sebagai landasan dalam bernegara begitupun para pemuka agama karena persoalan radikalisme bukan tantangan yang ringan, walaupun BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Teroris) sudah pernah merilis bahwa angka radikalisme pada tahun 2021 menurun dibandingkan dua tahun sebelumnya tentunya semua pihak harus tetap mewaspadai.
“Jangan sampai Indonesia mengikuti negara-negara seperti Timur Tengah yang selalu berkonflik antarsatu dengan yang lainnya. Apalagi, konflik yang mengatasnamakan agama.Ia juga mengatakan bahwa agama sudah semestinya digunakan untuk mendamaikan dan mencerahkan umat manusia, bukan sebagai alat untuk adu domba. Pungkasnya.
Akmal juga menyampaikan bahwa kaum millenial sangat rentan terpapar isu radikalisme karena imbas dari media sosial dan disinyalir menjadi inkubator radikalisme, khususnya generasi muda. Hal tersebut dikuatkan oleh survei BNPT terbaru 85 persen generasi milenial rentan terpapar radikalisme.“Kondisi ini patut menjadi perhatian bersama mengingat Indonesia sedang menghadapi bonus demografi. Tutupnya.